Menjadikan Proposal Kehidupan dengan Tuhan sebagai Sponsor Tunggalnya

Malam ini saya kedatangan tamu, salah seorang pekerja keras yang sering membantu saya mengurus administrasi perpajakan lembaga saya. Setiap bulan ia datang ke temapt saya untuk sekedar mengurus pelaporan pajak dari hasil training, seminar ataupun workshop yang saya berikan di beberapa perusahaan setiap bulannya. Sebenarnya ia bukan pegawai tetap saya, karena memang juga bekerja di tempat lain sehingga ia tergolong freelance di lembaga saya ini.

Setelah ngobrol ngalor ngidul, pada akhrinya ia menyampaikan beberapa permasalahan kehidupan yang dialaminya. Ia merasa bahwa proposal hidupnya tidak mendapatkan acc dari setiap penawaran yang dilakukannya. Mendengar dan menyimak keluhan tamu saya ini, saya teringat salah satu Kyai sahabat sekaligus guru saya, sahabat bertukar pikiran dan mengaji makna kehidupan ini. Sahabat yang saya akui juga sebagai guru saya ini seringkali mengajarkan tentang makna "ikhlas" Ikhlas yang sesungguhnya, yang mungkin orang seperti sayapun masih berat menjalaninya.

Kyai sahabat saya ini saya patuh pada gurunya, taat atas perintah gurunya yang memang layak untuk diteladaninya. Dulu dia sangat laris diundang untuk berceramah dari tempat satu ke tempat yang lainnya, sehingga praktis waktunya tersita habis untuk ceramah. Suatu ketika guru sahabat saya ini memerintahkan untuk menghentikan kegiatan sebagai penceramah undangan yang terus berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, tetapi menugaskannya untuk membangun pondok pesantren dan ia tdk diperkenankan lagi untuk berceramah keluar dari pondok. Hal tersebut diikutinya sebagai tanda patuh dari murid kepada gurunya. Sehingga praktis penghasilan yang didapat sebagai uang amplop sebagai penceramah tidak pernah diperolehnya lagi.

Terus bagaimana sahabat saya tersebut membiayai pondok pesantrenya, bagaimana membiayai anak istrinya, bagaimana membiayai para santri yang tidak dipungut sepeserpun uang dari mereka. Oh rupanya Allah menjamin hidupnya di dunia ini. Ada saja orang yang datang untuk belajar, untuk berkonsultasi, untuk mengaji dan memberikan sedekah bagi kas pondok pesantrennya sehingga sahabat saya bisa membiayai hidup seluruh anggota, termasuk para santri yang belajar dan tinggal mondok disana. Suatu ketika ada mobil, sepeda motor terparkir di pondoknya, saat saya tanya darimana pak Kyai mobilnya ini? Jawabnya dari Allah yang memberikannya lewat orang yang kemarin datang ke pondoknya. Di lain waktu saya datang ke pondok sahabat dan juga guru saya ini, saya mendapatkan mobil, sepeda motor bahkan becak untuk angkut material untuk membangun mesjid di lingkungan pondoknya lenyap nggak berbekas. Saya tanya kemana pak Kyai mobilnya? Beliau menjawab, kemarin diambil Allah katanya lewat orang yang datang dan sedang membutuhkan mobil, sepeda motor s.d becak katanya sambil tersenyum.

Bagi saya rasanya tak benar harus menyerahkan semua yang diminta orang lain, tetapi beliau berkata: "semua milik Allah, kita bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa" sambil tersenyum. Katanya lagi :"Dan Allah tidak akan menguji seseorang diluar batas kemampuannya, ujian saya pasti berbeda dengan ujian Anda katanya lagi" Saya yakin pak Hendra tidak akan diuji seperti saya begitu katanya, karena peran kitapun berbeda.

Satu hal yang saya kagumi dan terus belajar dari sahabat sekaligus saya anggap guru saya ini adalah "IKHLAS", sungguh luar biasa sekali keikhlasannya. Dan ternyata beliau tidak pernah merasa kekurangan, dan kenyataannyapun tidak pernah kekurangan. Beliau bisa mencukupi kebutuhan rumah tangganya, mencukupi kebutuhan para santrinya, bisa memperoleh lahan yang luas dan juga membangun mesjid dan pondok pesantrennya. "IKHLAS" adalah proposal kehidupan sahabat saya tersebut. Jika proposal biasanya disumbang oleh beberapa sponsor, ternyata Proposal Kehidupan yang dilandasi dengan "KEIKHLASAN" hanya TUHAN sebagai SPONSOR TUNGGALNYA. Luar biasa sekali ...

Semoga saya bisa membuat proposal kehidupan sebagaimana sahabat dan guru saya tersebut, terus belajar ikhlas dan memaknai kehidupan ini sebagai lahan dan ladang berbuat baik dan bermanfaat untuk seluruh makhluk.

Salam,

Mei Hendra Darma (Mental Motivator & Mind Therapist)